Kamis, 15 Maret 2012

pituah "kampuang" ku...


Semenjak kuliah di jogja, bisa dibilang aku tidak pernah mendengar "pituah-pituah"(pepatah-petitih) minang lagi. kalaupun pulang aku tidak pernah sempat mencari baik buku maupun orang-orang tua dikampung ku yang bisa "bapituah", makhlum aku sibuk kangen-kangenan, maen-maen sama teman-teman seperjuangan, hee
Jujur waktu menempuh pendididakan dasar dan menengah aku sering membaca pituah-pituah tersebut, makhlum memang ada dalam pelajaran muatan lokal dikampung ku, BAM (budaya alam minang kabau).
Dan barusan secara tidak sengaja aku melihat postingan/status teman ku di facebook mngenai salah satu pituah adat minang kabau, dan jujur aku suka dan kangen itu,hee
ya tanpa se izin dia aku langsung memosting "pituah" itu kesini, penasaran?
berikut bunyinya :

Adat basandi syarak,
syarak basandi Kitabullah
syarak mangato, adat mamakai
camin nan indak kabua
palito nan indak padam

Adat bersendikan agama,
agama bersendikan Kitabullah,
agama mengatakan adat memakai,
cermin yang tidak kabur,
pelita yang tidak padam

Gadang jaan malendo
panjang jaan malindih.

Besar jangan melanda
panjang jangan melindih

Barek samo dipikua
ringan samo dijinjiang
ka bukik samo mandaki
ka lurah samo manurun
tatungkui samo makan tanah
tatilantang samo minum ambun
ka mudiak saantak galah
ka hilia sarangkuah dayuang
maelo karajo jo usao
mairik parang jo barani

Berat sama dipikul
ringan sama dijinjing
ke bukit sama mendaki
ke lurah sama menurun
tertelungkup sama makan tanah
tertelentang sama minum embun
ke mudik sehentak galah
ke hilir serangkuh dayung
menghela kerja dengan usaha
menghela perang dengan berani

Budi jan tajua,
paham jan tagadai
nan kayo iyolah kayo di budi
nan mulieh ilyolah mulieh di basa

Budi jangan terjual
paham jangan tergadai
yang kaya ialah budi
yang mulia ialah basa-basi

Condong mato ka nan rancak
condong salero ka nan lamak
rancak di awak
katuju di urang

artinya nyusul :)

cerita-cerita diri 2


Di lain cerita waktu masih sekolah di stm juga, selain mencoba lari dari tangkapan guru tadi aku juga pernah jatuh dari jendela dengan posisi kepala kebawah yang dilihatin teman-teman ku yang lain. Dimana ketika itu, masih dengan tema yang sama, berusaha menghindar agar tidak kena razia, aku pernah mencoba untuk masuk ke lingkungan sekolah lewat pagar samping sekolah, sama seperti tadi, dengan perlahan aku memperhatikan keberadaan guru yang menjaga di sekitar sekolah. Perlahan aku mulai menuju ke tembok samping sekolah, setibanya disana aku bertemu dengan beberapa anak lain yang bertujuan sama dengan ku, ingin memasuki lingkungan sekolah agar tidak diketahui guru, karena tidak ingin terjaring razia rambut. Kami memanjat bergantian, ada lima orang waktu itu, setelah melewati pagar samping tersebut kami masih belum bisa masuk pekarang sekolah karena terhalang oleh dinding kelas, yang mana tempat yang kami panjat berposisi dibelakang kelas, hanya ada celah satu yaitu batas antara kelas satu dengan yang lain yang biasanya itu selalu dibuka, tetapi waktu itu tidak (terkunci).

Akhirnya hanya tinggal satu cara, yaitu lewat jendela yang lagi terbuka, dan kebetulan jendela yang terbuka itu merupakan salah satu ruangan yang tidak berfungsi oleh sekolah dan dijadikan kamar bagi beberapa siswa yang disuruh pihak sekolah, sekaligus menjabat sebagai penjaga sekolah di malam hari.
Kami masuk satu persatu dan aku giliran terakhir, setelah kesempatan ku datang aku memuai memanjat, tetapi pas tangan ku bergelantungan di jendela tiba-tiba aku mendengar suara teriakan dari belakang, jelas aku kaget dan berusaha secepat mungkin untuk masuk ke dalam ruangan tersebut. Tetapi entah karena jendelanya yang tinggi atau aku yang pendek, aku merasa sangat sulit untuk melewati jendela tersebut, berkali-kali aku mengakaitkan kaki disisi temboknya tetapi tergelincir terus, dan akhirnya karena rasa takut yang menyelimuti aku mendorong badan sekuatnya kedalam, dan karena kaki tidak ada tumpuan akhirnya terjadilah peristiwa tersebut, kepalaku meluncur kebawah dan tanganku berusaha menahan dan menghindari benda-benda yang ada di depan, karena tangan ku kecil, aku tidak kuat menahan badan dan akhirnya kepalaku menancap juga kelantai disusul kakiku dengan posisi terlentang. Aku berusaha menahan sakit dan semua orang di ruangan tersebut tertawa tertahan-tahan karena takut ketahuan sama guru, ketika aku berdiri dan melihat ke arah suara teriakan tadi yang menyebabkan ku masuk jendela dengan gaya akrobat dengan kepala duluan ke lantai. Tidak seperti yang ku bayangkan, sebelumnya aku menyangka itu adalah seorang guru penjaga yang meneriaki ku karena masuk lewat jendela, tetapi itu adalah suara teman ku yang lain yang juga ingin masuk lewat sana, melihat ku memanjat jendela dengan susah payah dia mencoba untuk mngerjaiku dengan bersuara ala guru yang menjaga sekolah.
Kurang ajar tu anak ternyata dia menegerjaiku, Raditiono namanya, dia adalah teman satu kelas ku, pas ku lihat dia tertawa terbahak-bahak dan sampai seminggu kemudian dia tidak pernah henti untuk menertawai ku karena peristiwa tersebut. Semprull…
To be continue…
Jogja, 20 Februari 2012